Beranda | Artikel
Bab Adab-Adab Safar
Selasa, 22 Juni 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Bab Adab-Adab Safar adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 12 Dzulqa’dah 1442 H / 22 Juni 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bab Adab-Adab Safar

Kita sampai pada كتَاب آداب السَّفَر (Bab Adab-Adab Safar). Ini adalah kumpulan bab-bab yang berkaitan dengan safar (perjalanan). Hal yang patut kita pahami bahwa pada hakekatnya safar ada dua macam.

Safar di Dunia

Safar di dunia yaitu perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu kota ke kota yang lain, dari satu negeri ke negeri yang lain, dari satu pulau ke pulau yang lain.

Kalau kita safar di dunia, kita memerlukan bakal. Misalnya seseorang bepergian naik kereta api dari Surabaya ke Jakarta, tentu dia mempersiapkan apa yang diperlukan untuk safar tersebut. Dan safar yang di dunia ini adalah safar yang ikhtiari. Artinya seorang berpergian kalau dia mempunyai kepentingan. Bahkan juga dia bepergian hanya untuk berwisata, untuk melihat keadaan satu tempat, keindahan satu pulau. Intinya bahwa safar di dunia ini adalah safar pilihan, seorang memilih safar atau tidak.

Safar Menuju Allah

Ini adalah safar yang harus dan tidak mungkin tidak, yaitu safar menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita hidup di dunia, kita sedang berpergian, kita sadari atau tidak, mau atau tidak, ridha atau tidak ridha kita sedang bepergian dalam safar yang panjang menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Manusia dalam safar menuju Allah bermacam-macam. Ada mereka yang sudah pergi dan mereka telah sampai kepada apa yang menjadi tujuan mereka. Dalam arti mereka betul-betul membekali diri mereka dengan kebaikan dan amal shalih, sehingga sampailah mereka kepada tujuan.

Yang kedua, ada di antara manusia yang masih sedang berusaha, dalam perjalanannya menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menunggu kapan mereka dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara manusia yang sedang bepergian ini juga bermacam-macam. Ada yang terus mempersiapkan dirinya dengan perbekalan-perbekalan.

Yang ketiga, ada orang-orang yang terputus dalam perjalanan mereka. Mereka tidak mempunyai bekal, lalai oleh dunia ini,  sehingga dia tidak membekali dirinya dalam perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Perbekalan safar yang terbaik

Perlu diketahui sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa perbekalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terbaik adalah takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

Dan berbekallah kamu, sesungguhnya perbekalan yang terbaik adalah taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Maka berbahagialah mereka, semoga kita diberikan taufik oleh Allah untuk membekali diri kita dengan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perjalanan kita menuju Allah Ta’ala.

Semoga kita diberi taufik, hidayah dan kekuatan oleh Allah Ta’ala. Jika kita berbuat dosa untuk segera bertaubat, jika kita lalai semoga segera diingatkan oleh Allah Ta’ala, dan jika kita lupa semoga diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula jika bekal kita kurang, semoga kita diberi taufik oleh Allah Ta’ala untuk memperbanyak bekal dengan memperbanyak amal-amal kebajikan dan amal shalih. Karena itulah bekal yang paling baik, bakal yang paling berharga, bekal yang paling bermanfaat bagi seorang.

Maka dari itu kita melihat bahwa orang-orang yang memahami makna-makna ini, di antaranya yaitu para salafush shalih, para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in, di antara ungkapan mereka yang dicatat oleh para ulama adalah:

جَدِّدِ السَّفِيْنَةَ فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ

“Perbaharuilah bahtera/kapal yang akan kita tumpangi ini, karena sesungguhnya lautan itu dalam.”

Seorang ketika hendak bepergian jauh di dunia ini, dia mempersiapkan kendaraannya, dia melihat apa kira-kira yang dibutuhkan, dia memperbaiki jika ada kerusakan.

وَ خُذِ الزَّادَ كَامِلًا فَإِنَّ السَّفَرَ بَعِيْدٌ

“Dan bawalah perbekalan secara sempurna dalam perjalananmu, karena sesungguhnya perjalanan itu jauh/panjang.”

Seorang yang mati, dia menunggu dan menanti dalam waktu yang lama. Telah mendahului kita ribuan tahun orang-orang terdahulu dan mereka menanti sampai datangnya hari kiamat.

وَ خَفِّفِ الْحِمْلَ فَاِنَّ الْعَقَبَةَ كَئُوْدٌ

“Ringankanlah bawaanmu, karena sesungguhnya aral melintang itu sulit untuk dihadapi.”

Kalau seorang membawa beban yang berat dan dia harus mendaki satu tempat yang tinggi, dia akan kesulitan. Maksud dari kalimat ini adalah bahwa hendaknya seseorang menjauhi perbuatan-perbuatan dosa, sehingga dia tidak membawa beban yang berat, membawa dosa yang banyak. Kalaupun dia berbuat dosa maka segera bertaubat kepada Allah, meminta ampun pada Allah Ta’ala dan memperbanyak amal-amal kebaikan yang dengannya akan menjadi ringan bebannya.

Kemudian pesan yang berikutnya:

وَاَخْلِصِ الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ بَصِيْرٌ

“Ikhlaskanlah amalmu, karena sesungguhnya Allah yang akan menilai amalmu, Dia sangat teliti dengan amal-amal perbuatan manusia.”

Murnikanlah ibadahmu hanya untuk Allah, bukan karena selain Allah, bukan untuk didengar dan dipuji manusia, bukan untuk mendapatkan ketenaran di dunia ini.

Adab-Adab Safar di Dunia

Menit ke-16:44

Bagaimana pembahasan bab adab-adab safar? Mari download dan simak mp3 kajian kajiannya.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50296-bab-adab-adab-safar/